Antihistamin: Hubungan Strukur-Aktivitas
Histamin dan Antihistamin
Histamin adalah senyawa normal yang berada pada tubuh tepatnya
didalam sel mast dan peredaran basofil. Histamin dikeluarkan dari tempat
pengikatan ion pada ikatan komplek heparin-protein dalam sel mast, sebagai
hasil reaksi antigen-antibodi. Histamin adalah mediator kimia yang dikeluarkan
pada fenomena alergi. Penderita yang sensitif terhadap histamin atau mudah
terkena alergi dikarenakan jumlah enzim-enzim yang dapat merusak histamine di
tubuh seperti histaminases dan aminooksidase lebih rendah dari normal.
Histamin dapat menimbulkan efek apabila berikatan dengan reseptor
histaminergik yaitu reseptir H1, H2 dan H3. Interaksi histamin dengan H1
menyebabkan kontraksi pada otot polos usus dan bronki , meningkatkan
permeabilotas vaskuler dan meningkatkan sekresi mucus. Interaksi histamin dengan
H2 dapat meningkatkan peningkatan sekresi asam lambung dan kecepatan kerja
jantung. Sedangkan interaksi histamin dengan reseptor H3 akan menyebabkan
pengontrolan sintesis histamin, serta mediator alergi dan peradangan lain.
Antihistamin (antagonis histamin) adalah zat
yang mampu mencegah penglepasan atau kerja histamin. Istilah antihistamin dapat
digunakan untuk menjelaskan antagonis histamin yang mana pun, namun seringkali
istilah ini digunakan untuk merujuk kepada antihistamin klasik yang bekerja
pada reseptor histamin H1.
Antihistamin ini biasanya digunakan untuk
mengobati reaksi alergi, yang disebabkan oleh tanggapan berlebihan tubuh
terhadap alergen (penyebab alergi), seperti serbuk sari tanaman. Reaksi alergi
ini menunjukkan penglepasan histamin dalam jumlah signifikan di tubuh.
Antagonis
H-1
Struktur
umum
Ar : gugus aril
(fenil, fenil tersubsitusi, dan heteroaril)
Ar’ : gugus aril
kedua
R dan R’ : gugus alkil
X : gugus
isosterik, seperti O, N, dan CH
Disebut juga antihistamin klasik,
adalah senyawa yang dalam kadar rendah dapat menghambat secara bersaing kerja
histamin pada jaringan yang mengandung reseptor H1. Digunakan untuk ; alergi,
antiemetik, antimabuk, antiparkinson, anti-batuk, sedatif, antipsikotik, dan
anastesi lokal.
· Turunan
eter amino alkil
Rumus : Ar (Ar-CH2) CH-O-CH2-CH2-N(CH3)2
Contoh: karbioksamin maleat, difenhidramin sitrat dan hidroklorida, doksilamin suksinat, embramin hidroklorida, mefenhidramin metilsulfat, trimetobenzamin sitrat, dimenhidrinat, klemastin fumarat
Hubungan struktur dan aktifitas:
1. Pemasukan gugus Cl, Br dan OCH3 pada posisi pada cincin aromatic akan meningkatkan aktivitas dan menurunkan efek samping.
2. Pemasukan gugus CH3 pada posisi p-cincin aromatik juga dapat meningkatkan aktivitas tetapi pemasukan pada posisi o- akan menghilangkan efek antagonis H1 dan akan meningkatkan aktifitas antikolinergik
3. Senyawa turunan eter aminoalkil mempunyai aktivitas antikolinergik yang cukup bermakna karena mempunyai struktur mirip dengan eter aminoalkohol, suatu senyawa pemblok kolinergik.
1. Pemasukan gugus Cl, Br dan OCH3 pada posisi pada cincin aromatic akan meningkatkan aktivitas dan menurunkan efek samping.
2. Pemasukan gugus CH3 pada posisi p-cincin aromatik juga dapat meningkatkan aktivitas tetapi pemasukan pada posisi o- akan menghilangkan efek antagonis H1 dan akan meningkatkan aktifitas antikolinergik
3. Senyawa turunan eter aminoalkil mempunyai aktivitas antikolinergik yang cukup bermakna karena mempunyai struktur mirip dengan eter aminoalkohol, suatu senyawa pemblok kolinergik.
· Turunan
Etilendiamin
Rumus umum : Ar (Ar’)N-CH2-CH2-N(CH3)2
Contoh: mepiramin maleat, pirilamin maleat, tripenelamin sitrat dan
hidroklorida, antazolin fosfat
Hubungan struktur antagonis H1 turunan etilendiamin
1. Tripelnamain HCl, mempunyai efek antihistamin sebanding dengan dufenhidramin dengan efek samping lebih rendah.
2. Antazolin HCl, mempunyai aktivitas antihistamin lebih rendah dibanding turuan etilendiamin lain.
3. Mebhidrolin nafadisilat, strukturnya mengandung rantai samping amiopropil dalam sistem heterosiklik karbolin dan bersifat kaku.
·
Turunan
alkil-amin
Rumus
umum : Ar (Ar’)CH-CH2-CH2-N(CH3)2
Contoh: bromfeniramin maleat, klorfeniramin maleat dan tanat, deksbromfeniramin maleat, deksklorfeniramin maleat, dimentinden maleat, tripolidin hidroklorida, feniramin maleat/pirilamin maleat
Hubungan
struktur antagonis H1 dengan turunan alkil amin:Contoh: bromfeniramin maleat, klorfeniramin maleat dan tanat, deksbromfeniramin maleat, deksklorfeniramin maleat, dimentinden maleat, tripolidin hidroklorida, feniramin maleat/pirilamin maleat
1. Feniramin maleat, merupakan turunan alkil amin yang memunyai efek antihistamin H1 terendah.
2. CTM, merupakan antihistamin H1 yang popular dan banyak digunakan dalam sediaan kombinasi.
3. Dimetinden maleat, aktif dalam bentuk isomer levo.
4. Pemasukan gugus klor/brom pada posisi para cincin aromatik feniramin maleat akan meningkatkan aktivitan antihistamin
5. Isomer dekstro klorfeniramin maleat mempunyai aktivitas yang lebih besar dibanding campuran rasematnya
·
Turunan
piperazin
Turunan ini memunyai efek antihistamin sedang dengan awal kerja lambat dan masa kerjanya relatif panjang
Turunan ini memunyai efek antihistamin sedang dengan awal kerja lambat dan masa kerjanya relatif panjang
Hubungan struktur antagonis H1 turunan piperazin:
1. Homoklorsiklizin, mempunyai spectrum kerja luas, merupakan antagonis yang kuat terhadap histamine serta dapat memblok kerja bradkinin dan SRS-a
2. Hidroksizin, dapat menekan aktivitas tertntu subkortikal system saraf pusat.
3. Oksatomid, merupakan antialergi baru yang efektif terhadap berbagai reaksi alerhi, mekanismenya menekan pengeluaran mediator kimia dari sel mast, sehingga dapat menghambat efeknya.
1. Homoklorsiklizin, mempunyai spectrum kerja luas, merupakan antagonis yang kuat terhadap histamine serta dapat memblok kerja bradkinin dan SRS-a
2. Hidroksizin, dapat menekan aktivitas tertntu subkortikal system saraf pusat.
3. Oksatomid, merupakan antialergi baru yang efektif terhadap berbagai reaksi alerhi, mekanismenya menekan pengeluaran mediator kimia dari sel mast, sehingga dapat menghambat efeknya.
·
Turunan
fenotiazin
Selain mempunyai efek antihistamin, golongan ini juga mempunyai aktivitas tranquilizer, serta dapat mengadakan potensiasi dengan obat analgesic dan sedativ.
Hubugan struktur antagonis H1 turunan fenotiazin:
Selain mempunyai efek antihistamin, golongan ini juga mempunyai aktivitas tranquilizer, serta dapat mengadakan potensiasi dengan obat analgesic dan sedativ.
Hubugan struktur antagonis H1 turunan fenotiazin:
1. Pemasukan gugus halogen
atau C pada posisi 2 dan perpanjangan atom C rantai samping akan meningkatkan
aktivitas tranquilizer dan menurunkan efek antihistamin
2.
Prometazin, merupakan antihistamin H1 dengan aktivitas cukupan dengan masa
kerja panjang.
3. Mekuitazin. Antagonis H1 yang kuat dengan masa kerja panjang dan digunakan untuk memperbaiki gejala alergi
4. Oksomemazin, mekanismenya sama seperti mekuitazin
5. Pizotifen hydrogen fumarat, sering digunakan sebagai perangsang nafsu makan.
3. Mekuitazin. Antagonis H1 yang kuat dengan masa kerja panjang dan digunakan untuk memperbaiki gejala alergi
4. Oksomemazin, mekanismenya sama seperti mekuitazin
5. Pizotifen hydrogen fumarat, sering digunakan sebagai perangsang nafsu makan.
References:
Katzung GB, Julius DJ. Histamine, serotonin, and the ergot
alkaloids. Dalam: KatzungBG, penyunting. Basic and clinical pharmacology.
Edisi ke-6. San Fransisco: Prentice-Hall International Incorporation;
1995.h.265-91.
Mycek MJ, Harvey RA, Champe PC. Pharmacology, autacoids and autacoid
antagonists.Edisi ke-2. Philadelphia: Lippincott; 2000.h.419-27.
Siswanto, 2000. Kimia Medisinal jilid 2. Jakarta :
Airlangga.
Question box:
1.
Mana yang lebih banyak
digunakan, antihistamin golongan antagonis H1 atau antagonis H2?
2.
Bagaimana identifikasi
farmakofor difenhidramin?
3.
Apakah penggunaan obat
antihistamin perlu disertai dengan analgetik?
4.
Bentuk sediaan antihistamin
yang paling banyak digunakan? Mengapa?
5.
Berikan kesimpulan secara umum
tentang hubungan struktur dan aktivitas antihistamin
|
Submit your answer below!
Jawab : 3. Hal ini tergantung dari penyakit yang diderita pasien tsb, jika hanya untuk mengobati alergi biasa maka tidak perlu dikombinasi, jika pada penderita demam antihistamin dapat dikombinasi dengan analgetik sebagai penghilang rasa nyeri
BalasHapusdewasa ini, obat dengan kandungan antihistamin dan analgetik dalam satu sediaan sudah banyak beredar. nah bagaimana penggunaan obat tsb menurut dayang?
HapusUntuk jawaban pertanyaan nomor 1, menurut pandangan saya, biasanya untuk obat antihistamin banyak digunakan antagonis H1 karena antagonis H2 biasanya digunakan untuk penyakit-penyakit pada lambung karena reseptor H2 banyak terletak di lambung.
BalasHapusmenurut saya antagonis H2 memang jarang digunakanan, namun alasannya adalah karena efek sampingnya biasanya besar. bagaimana menurut hilda?
Hapussaya juga setuju dengan hilda sepertinya penggunaannya berdasarkan penyakitnya kalau Antihistamin 1 efek yang ditimbulkan terhadap reseptornya lebih banyak dibanding kan H2 , jadi apakah benar cindra jika antagonis h2 lebih besar efek samping kah ?
HapusInteraksi histamin dengan reseptor H1 menyebabkan kontraksi otot polos usus dan bronki, meningkatkan permeabilitas vascular dan meningkatkan sekresi mucus. Interaksi dengan reseptor H1 juga menyebabkan vasodilatasi arteri sehingga menyebabkan sembab, pruritik, dermatitis dan urtikaria. Efek ini diblok oleh antagonis H1. Interaksi histamin dengan reseptor H2 dapat meningkatkan sekresi asam lambung dankecepatan kerja jantung. Peningkatan sekresi asam lambung dapat menyebabkan tukak lambung. Efek ini diblok oleh antagonis-H2
ohh jadi saya keliru ya, kalau begitu antagonis H2 pada dsarnya bukan termasuk obat antihistamin?
Hapusantihistamin cingguya , cuma bekerja di sel sel lambung begitu
HapusYa saya setuju dengan pernyataan soya dan hilda bahwa antihistamin H2 lebih banyak digunakan untuk penyakit-penyakit pada lambung karena reseptor H2 banyak terletak di lambung. Namun bisa jadi juga efek samping yang ditimbulkan lebih besar tergantung kepada sisi bagian mana yang dimodifikasi dengan penambahan atau pengurangan suatu gugus
Hapusohhhh jadi antihistamih antagonis H2 itu untuk alergi yang berkaitan dengan GI track? hahaha masih belum faham guys
HapusObat yang disebut sebagai antihistamin (senyawa etilamin) adalah obat yang mengantagonis histamin pada reseptor H1, sehingga disebut juga antagonis reseptor H1. Secara farmakologis, antihistamin dikatakan bekerja secara antagonis kompetitif yang reversibel pada reseptor H1 sehingga dapat menghambat kerja histamin pada reseptor tersebut, tetapi tidak memblok pelepasan histamin.
HapusStaf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
saya setuju pernyataan soya,hilda n letha.
HapusAntagonis H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita tukak lambung. Antagonis H2 merupakan senyawa yang menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung. Biasa digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan usus.
Antagonis H1, di gunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi. Antagonis H1 sering pula disebut antihistamin klasik yaitu senyawa dalam keadaan rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung resptor H1. Biasa digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena cuaca misalnya bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan.
terimakasih tambahannya eko dan ilmavia
Hapusmenurut saya antagonis h1 menghambat kerja histamin untuk menduduki jaringan reseptor sedangkan antagonis h2 menghambat secara bersaing interaksi reseptor h2 sehingga menghambat sekresi asam lambung
Hapusterimakasih tanggapannya balqis
HapusAssalamualaikum cin , menurut saya untuk pertanyaan nomor 4 adalah antihistamin dalam bentuk oral untuk keadaan alergi yang masih bisa di toleransi sedangkan antihistamin injeksi digunakan untuk pasien dengan keadaan alergi yg tidak dapat di toleransi lagi
BalasHapusantihistamin injeksi juga biasanya digunakan oleh pasien yang dirawat di rumah sakit seperti yang soya bilang tan,
Hapustapi apakah alergi yang disertai infeksi dapat digunakan antihistamin?
juga mungkin penggunaan yang injeksi untuk pasien rawat inaop hehe
BalasHapusjenis sediaannya seperti tablet, sirup untuk anak- anak
Hapussoya, saya pernah baca ttg infeksi nosokomial yang terjadi di RS. menurut soya apakah obat yang tepat itu antihistamin? atau antibiotik?
Hapusi think antibiotik ci karena infeksi itu sepertinya disebabkan oleh bakteri yg di rs kemudian tubuh melawan dengan sistem imun so we need antibiotik , correct me if i am wrong
Hapusso yesterday I found an article about nosocomial infection, they said that this infection also called Hospital-acquired infections anddddd they are caused by viral, bacterial, and fungal pathogens.
Hapuswhat kind of antibiotics could do that soya? chloramphenicol? is that effective enough?
then I found this article...
http://www.who.int/csr/resources/publications/whocdscsreph200212.pdf
they talk about the prevention of this infection, check it out soyaaaa
saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 2 identifikasi farmakofor difenhidramin
BalasHapusdifenhidramin memiliki rumus molekul C17H21NO
farmakofor untuk difenhidramin adalah:
difenhidramin memiliki dua cincin aromatik , pada cincin aromatiknya terjadi gaya van der waals,
kemudian pada ikatan oksigen, pada ikatan oksigen ini terjadi pengikatan hidrogen atau disebut juga hydrogen bond acceptor
pada ikatan nitrogen itu terjadi ikatan ionic karena nitrogen memiliki pasangan elektron bebas yang dapaat mengikat hidrogen yang bermuatan positif dan sedangkan nitrogen bermuatan negatif, antara muatan positif dan negtif akan saling tarik menarik yang mengakibatkan terbentuknya ikatan ionik
dan untuk mengetahui bentuk ikatan farmakofornya lebih lanjut
https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1913791345074083194#editor/target=post;postID=9121783802539864545;onPublishedMenu=allposts;onClosedMenu=allposts;postNum=0;src=postname
wah sangat membantu infonya silvi, makasih ya
Hapusdari paparan silvi berarti antara HBA dan HBD tidak terdapat pada satu molekul ya?
hay cindra saya aka mncoba mnjwab prtanyaan nmr 5
BalasHapusDari studi hubungan sruktur dan aktivitas dalam usaha pengembangan obatbantagonis H-2 telah dilakukan modifikasi struktur histamin dan didapat hal-hal menarik sebagai berikut
a. Modifikasi pada cincin
Cincin imidazol dapat membentuk dua tautomer , yaitu N- H dan N-H. Bentuk N-H lebih dominan dan diperlukan untuk aktivitas antagonis H2-Metiamid , dengan bentuk N-H , mempunyai aktiitas 5 kali lebih besar dibanding burimamid yang mempunyai bentuk N-H. Cincin imidazol pada umumnya mengandung rantai samping gugus yang bersifat penarik eletron . Pemasukan gugus metil pada atom C2 cincin imidazol secara selektif dapat merangsang reseptor H1. Pemasukan gugus metil pada atom C4 ternyata senyawa bersifat selektif H2 , agonis dengan efek H-1 agonis lemah. Hal ini disebabkan substituen 4 –metil yang bersifat donor elektron yang akan memperkuat efek tautomeri rantai penarik eletron sehingga bentuk tautomer N-H lebih stabil. Modifikasi yang lain pada cincin ternyata tidak menghasilkan efek H2-antagonis yang lebih kuat.
b. Modifikasi pada rantai samping
Untuk aktivitas optimal cincin harus terpisahdari gugus N oleh atom C atau ekivalennya. Pemedekan rantai dapat menurunkan aktivitas antagonis H2. Penambahan panjang gugus metilen pada rantai samping turunan guanidin akan meningkatkan kekuatan H2-antagonis tetapi senyawamasih mempunyai efek persial-agonis yang tidak diinginkan.
Penggantian 1 gugus metilen (-CH2-) pada rantai samping dengan isosteik tioeter (-S-) meningkatkan aktivitas antagonis.
c. Modifikasi pada gugus N
Penggantian gugus amino rantai samping dengan gugus guanidin yang bersifat basa kuat (Na-guanilhistamin) ternyata menghasilkan efek H2-antagonis lemah, dan masih bersifat parsial agonis. Sifat basis senyawa (pKa = 13,6) menyebabkan senyawa terionisasi sempurna pada pH fisiologis. Histamin (pKa =5.9)di dalam tubuh hanya 3% terionkan.
waaahh jawaban yang sangat kompleks :D
Hapusana, kan disitu dibilang kalau gugus N bisa dimodifikasi dan efeknya antagonis lemah, eh kira-kira modifikasi gugus N ini nanti mempengaruhi farmakofornya ngak ya?
saya akan menambahkan sedikit bahwa Histamin menimbulkan efek yang bervariasi pada beberapa organ, antara lain yaitu :
BalasHapus1. Vasodilatasi kapiler sehingga permeable terhadap permeable terhadap cincin dan plasma protein sehingga menyebabkan sembab, rasa gatal, dermatitis, urtikaria.
2. Merangsang sekresiasam lambung sehingga menyebabkan tukak lambung.
3. Meningkatkan sekresi kelenjar
4. Meningkatkan sekresi otot polos bronkus dan usus
5. Mempercepat kerja jantung
6. Menghambat kontraksi uterus
thankyou thankyouuuu such a cool information
Hapusberarti nanti efek terapi dan efek samping yang ditimbulkan bergantung pada reseptor di organ mana dia berikatan ya balqis. eh iya kan?
Antihistamin yang saat ini menjadi perhatian para klinisi dan lebih mulai dipertimbangkan dalam penggnaan klinis adalah Cetirizine yang merupakan antihistamin yang sangat kuat dan spesifik. Cetirizine merupakan antagonis reseptor histamin-1(H1) generasi kedua yang aman digunakan pada terapi alergi. Selain mempunyai efek antihistamin, cetirizine juga mempunyai efek antiinflamasi. Efek antiinflamasi cetirizine terutama ditunjukkan melalui penghambatan kemotaksis sel inflamasi. Efek antiinflamasi cetirizine juga tercapai melalui penghambatan ekspresi molekul adhesi yang berperan dalam proses penarikan sel inflamasi. bagamana menurut cindra ?
BalasHapusiya yanti, kemarin waktu magang di RS juga banyak obat golongan H1A yang digunakan itu cetirizin...cuma dari beberapa artikel yang saya baca kalau cetirizin itu efek sampingnya kurang diminati terutama untuk anak dan ibu hamil huhu :(
Hapuswah ternyata cetirizin kurang recommend ya kak, jadi kira-kira yang baik digunakan untuk anak dan ibu hamil itu gimana kak? Tetapi jika menggunakan obat itu di sesuaikan dosis dan frekuensi pemakaian cetirizine dengan anjuran dokter sepertinya es nya tidak akan timbul banyak, bener gak sih kak?
Hapusiya yoan, saya belum baca literatur lebih lanjut mengenai itu sih. Iya benar sih asalkan pemakaiannya sesuai
Hapussaya coba mnjawab prtanyaan nmr 3, menurut saya tidak perlu karena biasanya jika antihistamin ditambah analgesik merupakan obat-obatan untuk melegakan hidung yang tersumbat. Sering dikombinasikan bersamaan dengan analgesik dan antihistamin dalam sediaan obat flu
BalasHapusterimakasih tanggapannya anggun
Hapussaya akan mencoba pertanyaan no 1, menurut saya antihistamin yang lebih banyak digunakan adalah yang generasi pertama karena efek sampingnya yang lebih ringan dibandingkan dengan yang generasi kedua. terimakasih semoga bermanfaat
BalasHapusterimakasih tanggapannya bilia
Hapussaya juga setuju dengan jawaban bilia kak bahwa antagonis h1 paling efektif karen efek samping yang lebih ringan dibanding ah yang lain
Hapusmaaf, ingin menanggapi jawaban bilia. dari yang saya dapatkan, justru yang memiliki efek samping lebih besar adalah antihistamin generasi pertama, dimana generasi kedua dimodifikasi sehingga bersifat lebih hidrofil sehingga meghilangkan efek sedasi, tidak seperti generasi pertama yang memiliki efek sedasi.
Hapusjadi menurut nadya justru antagonis H2 yang lebih baik dan lebih banyak digunakan ya?
HapusSaya ingin menjawab pertanyaan nomor 1.
BalasHapusAntihistamin H1 merupakan salah satu obat terbanyak dan terluas digunakan di seluruh dunia. Fakta ini membuat perkembangan sekecil apapun yang berkenaan dengan obat ini menjadi suatu hal yang sangat penting. Semisal perubahan dalam penggolongan antihistamin H1. Dulu, antihistamin-H1 dikenal sebagai antagonis reseptor histamin H1. Namun baru-baru ini, seiring perkembangan ilmu farmakologi molekular, antihistamin H1 lebih digolongkan sebagai inverse agonist ketimbang antagonis reseptor histamin H1.
Suatu obat disebut sebagai inverse agonist bila terikat dengan sisi reseptor yang sama dengan agonis, namun memberikan efek berlawanan. Jadi, obat ini memiliki aktivitas intrinsik (efikasi negatif) tanpa bertindak sebagai suatu ligan. Sedangkan suatu antagonis bekerja dengan bertindak sebagai ligan yang mengikat reseptor atau menghentikan kaskade pada sisi yang ditempati agonis. Beda dengan inverse agonist, suatu antagonis sama sekali tidak berefek atau tidak mempunyai aktivitas intrinsik.
terimakasih ya sholeha
Hapusjawabannya sangan membantu
assalamualaikum cindra saya akan menambah kan sedikit. Menurut artikel yang saya baca, antihistamin yang sering digunakan adalah H1 contoh nya pada buat ibu hamil adalah loratadin. Namun, menurut FDA, antihistamin pilihan pertama adalah klorfeniramin (CTM) dan difenhidramin. Sekalipun dikelompokkan aman, obat-obat ini hanya boleh dikonsumsi dalam jangka pendek. Tidak boleh sampai berhari-hari. Bagaimanapun, bayi adalah makhluk hidup yang bisa merasakan efek samping kantuk dari CTM atau difenhidramin.
BalasHapusDan menurut saya solusi nya yaitu sebisa mungkin hindari obat yang diminum. Jika kita mengalami alergi akibat sesuatu yang bersentuhan dengan kulit, sebaiknya berusaha mengobatinya dengan obat-obat yang digunakan secara lokal (topikal) alias dioleskan atau ditaburkan di kulit. Misalnya, sebelum memutuskan minum CTM atau difenhidramin, lebih baik mencoba bedak obat kulit lebih.Terimakasih
waalaikumsalam, terimakasih triutami
Hapus1. yang lebih baik digunakan adalah AH 2 karena efek sampingnya lebih rendah dibandingkan AH , misalnya efek sedasinya lebih rendah ari AH1
BalasHapusokee yanti, nanti saya akan baca literatur terkait hal tsb
HapusPada umumnya obat antihistamin yg paling banyak digunakan adalah antihistamin H1. Antihistamin tipe 2 (AH 2) umumnya digunakan sebagai terapi gangguan gastrointestinal, sementara untuk kelainan kulit umumnya digunakan Antihistamin tipe 1 (AH 1).
BalasHapusterimakasih banyak dika
HapusAntagonis H1, di gunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi. Antagonis H1 sering pula disebut antihistamin klasik yaitu senyawa dalam keadaan rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung resptor H1. Biasa digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena cuaca misalnya bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan.
BalasHapusoke, terimakasih balqis
Hapussaya coba mnjawab prtanyaan nmr 3
BalasHapustidak perlu karena biasanya jika antihistamin ditambah analgesik merupakan obat-obatan untuk melegakan hidung yang tersumbat. Sering dikombinasikan bersamaan dengan analgesik dan antihistamin dalam sediaan obat flu.terima kasih
Iya benar sekali, tidak semua harus d kombinasikan. Tergantung kondisi. Kalo demam disertai flu baru dikombinasikan
Hapusiya saya juga berfikiran demikian, lantas apakah kombinasi ini aman?
Hapusno 4
BalasHapusyaitu Feniramin : Avil (Hoechst) Zat ini berdaya antihistamink baik dengan efek meredakan batuk yang cukup baik dan daya antihistamin yang kuat
terimakasih tanggapannya sonia
HapusHai kak saya akan membantu menjawab pertanyaan no 4
BalasHapusJadi antihistamin yg baik digunakan adalah Feniramin : Avil (Hoechst) Zat ini berdaya antihistamink baik dengan efek meredakan batuk yang cukup baik dan daya antihistamin yang kuat
terimakasih ya mimi
Hapussaya akan membantu menjawab pertanyaan no 4, menurut saya yang paling banyak digunakan yaitu tablet karena diharapkan bekerja didalam tubuh dalam waktu yang lumayan lama
BalasHapusterimakasih risma..
Hapussaya akan mencoba pertanyaan no 1, menurut saya antihistamin yang lebih banyak digunakan adalah yang generasi pertama karena efek sampingnya yang lebih ringan dibandingkan dengan yang generasi kedua.
BalasHapussaya juga berpendapat demikian, terimakasih nindi
HapusJawab : 3. Hal ini tergantung dari penyakit yang diderita pasien tsb, jika hanya untuk mengobati alergi biasa maka tidak perlu dikombinasi, jika pada penderita demam antihistamin dapat dikombinasi dengan analgetik sebagai penghilang rasa nyeri
BalasHapusterimakasih responnya okta
Hapussaya akan mencoba menjawab soal no. 1
BalasHapusfungsi dari AH1 dan AH2
-Antagonis-H1 terutama digunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi.
-Antagonis-H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita tukak lambung.
Dari fungsinya tersebut dapat diketahui AH1 lebih banyak digunakan dan obat nya juga tersedia lebih beragam dibandingkan AH2.
Selain itu disebabkan karena efek samping yang ditimbulkan AH2 lebih besar dibandingkan dengan AH1
terimakasih putri
Hapus4. untuk pertanyaan no 4 jawabannya adalah tergantung dari jenis alerginya misalnya:
BalasHapusa. asma yang bersifat alergi, guna melawan bronchokonstriksi. Meskipun kerjanya baik namun efek totalnya ringan berhubung tidak berdaya terhadap mediator-mediator lain (SRS-A) yang juga mengakibatkan penciutan bronchi. Ada indikasi bahwa penggunaan sebagai inhalasi menghasilkan efek yang lebih baik. Beberapa obat dengan efek antikolinergik kuat dahulu sering digunakan, misalnya tiazinamium dan deptropin (Brontine, GB). Obat-obat baru ketotifen dan oksatomida berdaya mencegah degranulasi mastcells dan dikatakan efektif sebagai profilaktik serangan. sedangkan untuk penyakit:
b. “hay fever” (rhinitis allergica, pollinosis), yaitu reaksi alergi terhadap saribunga, guna melawan gejala-gejalanya seperti bersin, keluar air mata, pilek dan gatal-gatal.
terimakasih dina atas responnya
Hapusno 3
BalasHapustidak perlu karena biasanya jika antihistamin ditambah analgesik merupakan obat-obatan untuk melegakan hidung yang tersumbat. Sering dikombinasikan bersamaan dengan analgesik dan antihistamin dalam sediaan obat flu.karena tidak semua obat harus dikombinasikan
baik, terimakasih viskaa
HapusPertanyaan no.1
BalasHapusTergantung dari penyakit yang diderita oleh si pasien.
jika pasien lebih mengalami reaksi alergi, maka sebaiknya digunakan antihistamin antagonis H1. tetapi jika pasien mengalami peningkatan asam lambung, maka dapat digunakan antihistamin antagonis H2
untuk pertanyaan no 1 menurut saya antihistamin yang banyak digunakan yaitu adalah generasi kedua karena telah banyak mengalami perubahan baik dari pengurangan efek sampingnya serta peningkatan efek terapi dari obat itu sendiri
BalasHapus