EFEK SAMPING KODEIN PADA ANAK SETELAH OPERASI TONSILLECTOMY DAN ADENOIDECTOMY DENGAN OBSTRUCTIVE SLEEP APNOEA
Pengertian
Gambar 1. Struktur
Kimia Koden (7,8 Didehidro-4,5α-epoksi-3metoksi-17-metilmorfinan
6 α-ol monohidrat C₁₈H₂₁NO₃H₂O Anhidrat)
Codein atau methylmorphine merupakan suatu obat digunakan
sebagai analgesik, antitusif, dan antidiare. Obat ini dipasarkan sebagai garam
codein sulfate dan codein phosphate. Codein adalah alkaloid yang ditemukan
dalam opium, sekitar 0,3 – 3,0
%. Meskipun codein bisa diekstrak dari opium, sebagian besar codein yang
ada saat ini disintesa dari morfin melalui proses O-methylation.
Kodein merupakan analgesik agonis opioid. Efek
kodein terjadi apabila kodein berikatan secara agonis dengan reseptor opioid di
berbagai tempat di susunan saraf pusat. Efek analgesik kodein tergantung
afinitas kodein terhadap reseptor opioid tersebut. Kodein dapat meningkatkan
ambang rasa nyeri dan mengubah reaksi yang timbul di korteks serebri pada waktu
persepsi nyeri diterima dari thalamus. Kodein juga merupakan antitusif yang
bekerja pada susunan saraf pusat dengan menekan pusat batuk.
Metabolisme
Kodein merupakan
prodrug. Kodein akan teraktivasi oleh enzim CYP2D6 dalam hati yang akan diubah
menjadi morfin dan kodeina-6-glukoronida. Akan tetapi morfin tersebut tidak
dapat digunkanan seluruhnya. Hanya berkisar 10% yang akan masuk dalam pembuluh
darah dan sisanya akan dimusnahkan dalam usus halus. Meskipun
metabolisme oleh CYP2D6 merupakan jalur minor dalam metabolism kodein (5-10%
dari clearance kodein), hal in merupakan langkah awal bagi kodein untuk
menimbulkan efek analgesiknya. Efek analgesik kodein setara dengan 1/10
analgesia dari morfin. Kodein metabolitnya diekskresikan sebagai glukuronida
melalui kemih.
Kodein
diserap baik pada pemberian oral dan puncak efeknya ditemukan 1-2 jam, dan berlangsung
selama 4-6 jam. Metabolisme terutama di hepar, dan diekskresi ke dalam urin dalam
bentuk tidak berubah, diekskresi komplit setelah 24 jam. Dalam jumlah kecil ditemukan
dalam air susu Ibu.
Mekanisme
Kerja obat
Kodein digunakan
sebagai peredam sakit ringan. Kodein selalu dibuat dalam bentuk pil atau cairan
dan bisa diambil baik secara sendirian atau gabungan dengan kafein,
aspirin,
asetaminofen,
atau ibuprofen.
Kodein sangat berperan untuk meredakan batuk. Kodein tergolong
dalam Obat
antitusif dimana mekanisme kerjanya adalah menghambat atau menekan batuk dengan
menekan pusat batuk serta meningkatkan ambang rangsang sehingga akan mengurangi
iritasi.
Kodein
merangsang reseptor susunan saraf pusat (SSP) yang dapat menyebabkan depresi
pernafasan, vasodilatasi perifer, inhibisi gerak perilistatik usus, stimulasi
kremoreseptor dan penekanan reflek batuk.
Efek
samping dan mekanismenya
Kodein memiliki efek
samping beragam terkait efeknya terhadap SSP. Namun efek samping yang menjadi
sorotan khususnya adalah efek samping pada anak. Efek samping kodein pada anak
(berdasarkan hasil RCT) diantaranya mual muntah, palpitasi, dizziness. Pada
dosis yang lebih besar, somnolens, ruam, miosis, muntah, gatal-gatal, ataksia,
dan pembengkakan kulit. Pernah juga dilaporkan terjadinya gagal napas yang
menyebabkan kematian. Sebagian dari efek samping ini terkait efek pelepasan
histamin oleh codein. Konsumsi jangka panjang bisa menyebabkan ketergantungan
narkotik bahkan bisa terjadi kondisi drug abuse.
Pada tahun 2016,
Badan pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan surat informasi aspek
keamanan obat yang mengandung kodein. Terdapat informasi keamanan berupa
risiko efek sarnping depresi pernapasan (respiratory
depression) yang berisiko fatal atau menyebabkan kematian pada penggunaan kodein
sebagai pereda nyeri (analgesik) setelah operasi tonsillectomy atau adenoidectomy
pada anak - anak dengan obstructive sleep
apnoea. Sehubungan dengan informasi keamanan tersebut, badan regulatori seperti
US Food and Drug Adminisnation (US FDA)- United States, European Medicines Agency (EMA) - Uni Eropa, dan Medicines and Healthcare Products Regulatory
Agency (MHRA) - Inggris mengarnbil tindak lanjut regulatori berupa perubahan
penandaan dengan menambahkan kontraindikasi sebagai analgesik pada anak - anak (usia
di bawah 18 tahun) dengan obstructive sleep
apnoea yang menjalani tonsillectomy
atau adenoidectomy (atau keduanya).
Pada publikasi pediatric journal tanggal 9 april 2012, yang
berjudul “More Codeine Fatalities after Tonsillectomy in North American
Children” dilaporkan terjadi 2 kasus fatal dan 1 kasus yang mengancam jiwa pada
penggunaan kodein sebagai penghilang rasa nyeri setelah operasi tonsillectomy dan adenoidectomy pada anak-anak berusia 2-5 tahun dengan obstructive sleep apnoea. Dua anak yang
meninggal memiliki ultra-rapid
metabolizer. Timbulnya efek samping
ini berkaitan dengan metabolism kodein menjadi morfin di dalam hati. Kodein
dimetabolisme di hepar oleh enzim sitokrom P4502D6 (CYP2D6). Terdapat variasi genetik
enzim sitokrom P4502D6 (CYP2D6) yang dikenal dengan ultra-rapid metabolizer. Orang dengan ultra-rapid metabolizer dapat meningkatkan metabolisme kodein menjadi
morfin disbanding normal walaupun menerima kodein pada range dosis terapi. Kadar morfin yang tinggi dalam darah ini
dapat menimbulkan depresi pernafasan bahkan kematian.
References
Anonim
2015. Kodein dan resiko fatal pada anak dengan obstructive
sleep apnoea setelah operasi tonsillectomy
atau adenoidectomy. BPOM RI.
Anonim. 2016. informasi
aspek keamanan obat yang mengandung kodein. BPOM RI.
Santoso HSO, Dewoto HR. Analgesik
opioid dan antagonis. Farmakologi dan Terapi edisi ke-4. Jakarta; Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 2005.
Schumacher MA, Basbaum Al, Way WL.
Opioid analgesics and antagonist. In: Katzung BG, editor. Basic and Clinical
Pharmacology 9th edition. Singapore, McGrawHill; 2004: 497-516.
QUESTION BOX:
1. Apa
itu tonsillectomy dan adenoidectomy ?
2. Bagaimana efek obat lain terhadap pasien pengidap
ultra-rapid metabolizer ?
3. Bagaimana kaitan farmakofor kodein dan morfin?
|
Submit your answer
below!
Assalamualaikum,
BalasHapusBerdasarkan indikasinya kodein dapat digunakan sebagai antidiare, bagaimana mekanisme obat tersebut?
Terimakasih
Hi sholeha, Alkaloid morfin dan turunannya secara umum memiliki manfaat menghentikan diare dengan terlibat langsung pada otot polos kolon. Pada pengobatan diare yang disebabkan intoksikasi makanan atau obat lain, pemberian morfin harus didahului dengan pemberian garam katalitik untuk mengeluarkan racun dan mikroorganisme penyebab diare.
Hapusassalamualaikum
BalasHapuscindra, jadi untuk anakanak tidak dianjurkan mengkonsumsi kodein jika efek sampingnya demikian?, apakah masih terdapat dosis aman yg dapat digunakan?, dan apakah setiap kodein yg dikonsumsi akan berubah menjadi morfin?
waalaikumsalam, obat antitusif untuk anak memang tidak dianjurkan menggunakan codein sebagaimana yang disampaikan ikatan dokter anak di Amerika Serikat (American Academy of Pediatrics). Adapun dosis untuk anak tidak melebihi 30 mg/harinya.
HapusCodein yang dikonsumsi akan dimetabolisme di hati dan diubah sebagian besar menjadi kodeina-6-glukoronida dan sisanya sekitar 10% menjadi morfin dimana morfin inilah yang nantinya memberikan efek.
jadi bila codein terakumulasi, morfin yang ada akan banyak kadarnya didalam tubuh ya? sehingga efekny tidak baik
Hapusiya vo, makanya penggunaan codein dibatasi
Hapusci , terkait penggunaan kodein sebagai antidiare , can u explain tergolong mekanisme yang mana kodein sebagai antidiare ?
BalasHapusamelia, kodein secara langsung berefek terhadap kontraktilitas otot polos usus sehingga apabila penggunaannya disandingkan dengan garam katalitik dapat menyebabkan pengeluaran toksin
HapusAssalamualaikum cin , menurut artikel yang saya baca untuk menjawab pertanyaan nomor 1 yaity andenoidectomy adalah prosedur bedah untuk mengeluarkan jaringan adenoid yang membengkak akibat infeksi yang terletak di belajang saluran pernafasan sedangkan tonsillectomy adalah operasi pengangkatan tonsil/mandel/amandel
BalasHapuswaalaikumsalam tan, ohh berarti kedua prosedur operasi ini berkaitan dengan saluran nafas ya, makanya bisa berkaitan dengtan penggunaan kodein yang salah satu efeknya dapat berupa obat batuk antitusif
HapusJawaban nomor 1 yaitu :
BalasHapusOperasi amandel (tonsillectomy) merupakan operasi yang sering dilakukan oleh dokter ahli THT. Sedangkan Adrenoidektomi adalah prosedur bedah untuk mengeluarkan jaringan adenoid yang membengkak akibat infeksi, yang terletak di belakang saluran pernapasan.
naah iya bener tuu, kurang lebih kedua operasi ini berkaitan sama jalan nafas ya sholeha
HapusMenurut saya, orang yg memiliki ultra-rapid metabolizer akan dapat memetabolisme obat apapun secara cepat sehingga ada dua kemungkinan yaitu bioavailabilitas nya yg akan tinggi sehingga toksik ataupun efek terapi yang tidak tercapai
BalasHapusterimakasih infonya aji
Hapus